Monday, March 31, 2008

Kepada Perempuan Pecinta Hujan (1)

masihkah bulirbulir dari sudut matamu
mengabarkan kegalauan pada sunyi malam
mengalirkannya pada tetes yang menggaram
di lekuk pipimu yang memerah
kemudian luruh ke tanah
seperti hujan yang turun pagi itu?

ingin aku tadahi bulirbulir yang luruh itu
dengan dua tanganku yang tergetar
lalu kubasuhkan ke dadaku, ke mukaku,
ke lenganku, ke seluruh tubuhku
agar dapat kuselami lebih dalam
galau yang menyelimuti malammu

lalu,
kita siangi galau malam
dengan matahari di pelukanku

Taman MnemoniC, 2008

Monday, March 24, 2008

Mampukan seseorang membohongi perasaannya?
Mampukan seseorang membohongi intuisinya?

Seringkali aku mendengar bahwa perasaan dan intuisi itu urusan hati. Aku katakan, salah besar, karena semua proses psikologis manusia itu dikendalikan oleh otak. Ya, otak. Benda pengisi sebagian besar tempurung kepala inilah yang melakukan kontrol terhadap dua fungsi psikologis ini.

Mampukah seseorang membohongi perasaannya?
Mampukah seseorang membohongi intuisinya?

Selalu pertanyaan-pertanyaan itu yang mendera pikiranku beberapa waktu belakangan. Seperti hujan yang menderas di timur Pulau Jawa, seperti itu pulalah pertanyaan-pertanyaan itu menderas di otakku. Membanjiri setiap detail-detail syarafku. Mencari-cari jawaban yang mungkin tak kunjung sua.

Ya, walaupun aku sangat percaya pada hubungan kausalitas, tapi, aku belum menemukan sebab pasti kenapa pertanyaan-pertanyaan itu membanjiriku. Mungkin karena aku terlalu lelah? Terlalu penat dengan kebohongan-kebohongan? Terlalu memforsir diri sehingga justru pertanyaan itu hanya sebuah pelarian? Ataukah memang telah terjadi sesuatu yang tidak aku sadari? Entah....

Aku hanya tahu, bahwa pertanyaan itu selalu dan selalu muncul akhir-akhir ini....

Thursday, March 20, 2008

melepasmu ke timur

melepasmu ke timur
seperti awal keberangkatanku 153 purnama lalu
pepohon tunduk dalam kesunyiannya
angin tiada berhembus
air tiada ricik
reranting tiada gemerisik

takzim dalam segumpal rasa
: kehilangan